Salah satu ikon dalam kebudayaan Jepang yang telah dikenal oleh masyarakat dunia secara luas adalah kimono, yaitu pakaian tradisional Jepang yang digunakan baik oleh laki-laki, perempuan, maupun anak-anak. Meski kebanyakan orang Jepang zaman sekarang memakai baju bergaya Barat dalam kehidupan sehari-hari, Kimono dan Yukata masih populer hingga sekarang, baik untuk acara formal maupun pakaian di rumah.
Namun, masih banyak orang yang cukup sulit untuk membedakan antara kimono dan yukata, termasuk saya sendiri. Sebelum mengikuti kelas Nihon Bunka Taiken, saya selalu menyebut baju traditional Jepang dengan sebutan kimono. Namun setelah mendapat penjelasan dari Ibu Florentine Widiastuti, pemilik Utsukushii Yukata yang menyempatkan diri untuk memberikan penjelasan kepada kami seputar baju traditional Jepang ini, saya dapat mengenali perbedaaan antara Kimono dan Yukata.
Kimono dikenal sebagai baju tradisional Jepang yang terbuat dari sutera dan diperlukan penanganan khusus dalam pemeliharaannya. Sekilas, Kimono terlihat sama dengan Yukata, baju tradisional musim panas yang sering dikenakan pada event budaya Jepang, yang belakangan ramai digelar di Indonesia. Yuk simak dalam bahasan berikut, perbedaan antara Kimono dan Yukata.
Kimono
Kata kimono berasal dari kanji 着 (ki) yang berarti "pakai" dan 物 (mono) yang berarti “benda”, sehingga kimono diartikan sebagai benda yang dikenakan atau benda yang dipakai. Secara umum, kimono berupa kain yang menyerupai mantel yang berlengan panjang dan berkerah lebar, dengan bentuk yang menyerupai huruf "T". Kimono berukuran panjang hingga pergelangan kaki dan kerah bagian kiri harus berada di atas kerah bagian kanan. Sedangkan untuk acara berduka/ kimono untuk orang yang sudah meninggal dipakaikan sebaliknya, yaitu kerah bagian kanan berada di bawah kerah bagian kiri.
Kimono yang ada pada saat ini semakin kaya akan motif dan semakin disesuiakan dengan perkembangan zaman. Tidak hanya dari segi motif, tetapi juga dari bentuk obi sebagai pelengkap kimono dan dikatakan bahwa terdapat sekitar 300 cara yang berbeda di dalam memakai obi.
Dalam kebudayaan Jepang, kimono tidak hanya dianggap sebagai pakaian tradisional akan tetapi memiliki nilai dan arti yang sangat penting. Kimono dilihat sebagai sebuah simbol dan identitas dari pemakai seperti personalitas, usia, status sosial, dan status pernikahan seseorang. Informasi atas simbol tersebut ditunjukkan dalam bahan, motif, komposisi warna, dan bentuknya.
Sekarang, kimono tidak lagi dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, melainkan hanya dipergunakan dalam acara-acara tertentu saja, seperti pernikahan, perayaan tahun baru, dan lainnya. Hal ini disebabkan karena orang Jepang menganggap Kimono terlalu susah untuk dipakai dan agak ribet jika dipakai dalam kehidupan sehari-hari seperti bekerja.
Yukata
Selain kimono, yukata juga merupakan salah satu pakaian tradisional Jepang yang cukup dikenal dan digemari secara luas. Yukata dikenal tidak hanya di Jepang bahkan hingga ke luar Jepang. Yukata memiliki bentuk yang senada dan juga memiliki corak yang hampir mirip dengan kimono, sehingga terkadang orang mengira bahwa kimono dan yukata adalah sama. Padahal yukata cukup berbeda apabila dibandingkan dengan kimono.
Nama yukata, berasal dari kata 浴 (yu) yang berarti "mandi" dan 衣 (katabira) yang berarti "baju dalam", sehingga yukata dapat diartikan secara harfiah sebagai baju dalam yang dikenakan ketika akan atau setelah mandi.
Apabila ditilik dari sisi historis, pada Zaman Heian (794-1185), terdapat kebiasaan para bangsawan Jepang yang menjadi populer di masa tersebut, yaitu menggunakan kain linen untuk menutupi badan setelah selesai mandi. Kebiasaan tersebut kemudian diikuti oleh masyarakat Jepang terutama pada saat mandi di pemandian umum.
Saat ini, penggunaan yukata semakin meluas, tidak hanya dikenakan pada saat sebelum dan setelah mandi saja. Yukata dikenakan secara luas sebagai pakaian tradisional yang kasual, dan tidak formal seperti kimono. Yukata terutama dikenakan di musim panas dimana pada saat berbagai festival musim panas diadakan.
Perbedaan antara yukata dan kimono selain tingkat formalitas pemakaian adalah dari bahan dan pola atau corak yang digunakan. Pada yukata, biasanya menggunakan bahan dari katun yang cenderung lebih dingin daripada bahan yang dipergunakan untuk membuat kimono, tidak hanya itu penggunaan yukata hanya selapis, sedangkan untuk kimono berlapis-lapis. Oleh karena itu, yukata cenderung digunakan pada saat musim panas.
Yukata lebih memiliki pola motif yang lebih bervariasi apabila dibandingkan dengan kimono, karena motif kimono terkadang merupakan simbol dari keluarga yang menunjukkan status sosial pengguna dalam masyarakat. Bahkan motif yukata untuk perempuan tidak hanya bercorak bunga-bunga saja, saat ini banya yukata yang menggunakan motif yang dianggap kawaii atau lucu dan imut oleh perempuan Jepang, seperti menggunakan karakter anime Hello Kitty, Doraemon, Hamtaro, dan lain-lain.
Sumber:
Aoto, Yasuo. Nippon: The Land and Its People. 1984. Tokyo, Japan: Nippon Steel, pp283.
”Cha No Yu”. Nuansa, April-Mei-Juni 2011, h.21-23.
”Kimono dan Yukata”. Nuansa, Januari-Februari-Maret 2012, h.10-11.http://www.tempo.co/read/news/2013/04/08/110472040/Ini-Bedanya-Kimono-Dan-Yukata
Aoto,
Yasuo. Nippon: The Land and Its People. 1984. Tokyo, Japan: Nippon
Steel, pp309. - See more at:
http://natachandesu.blogspot.com/2013/06/kodomo-no-uta.html#sthash.6zWo5OFd.dpuf
Aoto,
Yasuo. Nippon: The Land and Its People. 1984. Tokyo, Japan: Nippon
Steel, pp309. - See more at:
http://natachandesu.blogspot.com/2013/06/kodomo-no-uta.html#sthash.6zWo5OFd.dpuf